Scenario 1
S, seorang apoteker
yang bekerja di BOPM melakukan razia di toko obat daerah X terkait dugaan obat
kadarluasa dan rusak. Dia mencurigai asetocal dan antasida yang ada sudah rusak
sehingga dia mencoba membuktikan melalui analisis kadar menggunakan metode
konvensional.
Tahap 1 (mengklarifikasi istilah atau
konsep)
Apoteker adalah menurut
Permenkes No. 9 Tahun 2017 mendefinisikan apotek sebagai sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Adapun Surat
Izin Apotek (SIA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk menyelenggarakan apotek.
Obat kadarluasa
menurut Kamus Kesehatan adalah Berakhirnya batas aktif dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang
aktif atau menjadi toksik (beracun). Kadaluarsa obat juga diartikan sebagai
batas waktu dimana produsen obat menyatakan bahwa suatu produk dijamin stabil
dan mengandung kadar zat sesuai dengan yang tercantum dalam kemasannya pada
penyimpanan sesuai dengan anjuran.
Obat rusak
atau kadaluarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah berkurang antara
25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang mengalami perubahan
(Seto, 2002: 34).
Obat rusak yaitu obat yang bentuk atau kondisinya yang tidak
dapat digunakan lagi, sedangkan waktu kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukan
batas akhir obat masih memenuhi syarat dan waktu kadaluarsa dinyatakan dalam
bulan dan tahun harus dicantumkan pada kemasan obat. Obat rusak dan kadaluarsa
dengan kadar dan fungsi yang telah berubah mengakibatkan penyakit pada manusia
serta dapat menimbulkan kematian (BPOM, 2009)
Tahap 2 (menetapkan permasalahan )
1. Bagaimana
karateristik asetosal ?
2. Bagaimana
karateristik antasida ?
3. Apa
saja metode analisis farmasi kimia?
4. Bagaimana
prinsip kerja dari masing-masing metode konvensional?
5. Untuk
menentukan kadar asetosal dan antasida menggunakan metode?
Tahap 3 (brainstorming)
Pada tahap ini mahasiswa
menampilkan pengetahuaan yang sudah dimiliki oleh tiap anggota kelompok dari
hasil belajar mandiri sebelum di mulai tutorial ini dengan menutup semua bahan
pemelajaran dengan itu kita mengetahui persiapan mahasiswa dan melatih
kepercayaan diri mereka dengan menjelaskan pada kelompoknya
Tahap 4 (menganalisis masalah)
1.
Bagaimana
karateristik asetosal?
Pemerian asetosal : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, rasa asam.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95 %) P; larut dalam kloroform P, dan dalam eter P (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
2.
Bagaimana
karateristik antasida ?
Magnesium
Hidroksida , FI IV hal 513 , Farmakologi dan terapi ed V halaman 521, oop VI
hal 270
Rumus
Molekul : Mg (OH)2
Berat
Molekul : 58,32
Pemerian : Serbuk; putih; ruah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air dan dalam etanol; larut dalam asam encer.
Khasiat : Antasida
Bentuk
Sediaan : Suspensi Susu
Magnesium 7-8%
Dosis : 1-4 dd 500-750 mg
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup rapat
3.
Apa
saja metode analisis farmasi kimia?
Metode analisis sering dibagi atas
metode klasik/konvensional dan metode instrument. Metode klasik sering
pula disebut metode kimia basah (wet-chemical), yang lebih dulu dari
metode instrument pada abad ini dan selanjutnya.
Analisis Konvensional adalah
suatu teknik analisa menggunakan alat-alat konvensional, misalnya pada salah
satu contoh metode analisis titrimetri yang menggunakan peralatan gelas kaca.
Sedangkan
Analisis Instrumental adalah
suatu teknik analisa menggunakan peralatan canggih dan modern misalnya
spektrofotometri yang menggunakan alat spektrofotometer ataupun titrimetri
secara konduktometris ataupun potensiometris (Setiono, 1994)
·
Metode Klasik/konvensional
Pada awal perkembangan kimia ,
banyak metode analisis yang dilaksanakan untuk proses pemisahan komponen kimia
yang diinginkan (analit) dalam satu sampel adalah dengan metode pengendapan,
ekstraksi, dan destilasi. Untuk uji analisis kualitatif, komponen yang
telah dipisahkan selanjutnya dilakukan dengan penambahan reagen yang
menghasilkan produk yang bisa diakui atau diidentifikasi dengan warnanya,
titik didih dan titik leburnya, kelarutannya dalam beberapa seri pelarut,
rasanya, aktif optisnya dan indeks refraksinya. Dan untuk uji analisis
kuantitatifnya, jumlah dari analit atau komponen yang telah dipisahkan dapat
diukur dengan metode gravimetric atau volumetrik.
Pengukuran dengan metode
gravimetric, massa dari analit atau beberapa komponen yang dihasilkan dari
analit dapat ditentukan, dan untuk pengukuran dengan metode volumetrik
atau disebut juga dengan titrimetri, caranya, sejumlah volume atau massa dari
reagen standar diharuskan bereaksi sempurna dengan analit yang akan diukur.
Metode klasik ini, untuk proses
pemisahan dan penentuan analit masih digunakan di banyak laboratorium.
Penggunaan metode ini secara umum masih luas, namun untuk mengurangi
waktu pelaksanaan dan kehadiran metode instrument menggantikan metode
klasik.
·
Metode Instrumen
Pada awal abad ke 20, ilmuan mulai
memanfaatkan fenomena lain dari pada penggunaan metode klasik dalam
menyelesaikan masalah analisis. Jadi pengukuran sifat fisika suatu analit
seperti konduktivitasnya, potensial elektrodanya, absorbsi cahaya atau
emisinya, mass to charge ratio dan flourosensinya mulai menggunakan
analisis kuantatif. Untuk efisiensi yang tinggi tehnik kromatografi dan
elektroforesis mulai menggantikan proses destilasi, ekstraksi, dan pengendapan
untuk memisahkan komponen dari campuran yang kompleks pada mulanya, untuk
penentuan kualitatif dan kuantitatifnya. Metode yang lebih baru ini untuk
pemisahan dan penentuan jenis bahan kimia diketahui secara bersamaan sebagai
metode analsis instrumental.
Banyak fenomena yang mendasari
metode instrument telah diketahui pada abad ini dan selanjutnya. Penggunaannya
oleh banyak ilmuan, akan tetapi ditunda oleh kekurangan dari instrumentasi yang
sederhana dan dapat dipercaya. Faktanya perkembangan metode instrumentasi
paralel dengan perkembangan industri computer dan elektronik.
Sumber : Skoog D. A., Holler F. J.,
dan Crouch S. R., 2007, “Principles of Instrumental Analysis”,
4.
Bagaimana
prinsip kerja dari masing-masing metode konvensional?
Analisis Kimia Konvensional diantaranya
:
·
Gavimeri
Analisis
Gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasi
serta penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu dari unsur tersebut, dalam
bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan dari suatu
porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang (Day, 1994).
Persyaratan
yang harus dipenuhi agar metode gravimetri berhasil :
1.Proses
pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang
tak-terendapkan secara analitis tak-dapat dideteksi ( biasanya 0,1 mg atau
kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro ).
2.Zat
yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau
sangat hampir murni.
Bila
tidak akan diperoleh hasil yang galat. Metode yang dapat dilakukan dalam
analisis gravimetri :
1.Gravimetri
cara penguapan, misalnya untuk menentukan kadar air, (air kristal atau
air yang ada dalam suatu spesies).
2.Gravimetri
elektrolisa, zat yang dianalisa di tempatkan di dalam sel elektrolisa. sehingga
logam yang mengendap pada katoda dapat ditimbang.
3.Gravimetri
metode pengendapan menggunakan pereaksi yang akan menghasilkan
endapan dengan zat yang dianalisa sehingga mudah di pisahkan dengan cara
penyaringan. Misalmya Ag+ diendapkan sebagai AgCl. Ion besi (Fe3+)
diendapkan sebagai Fe(OH)3 yang setelah dipisahkan, dipijarkan dan ditimbang
sebagai Fe2O3
·
Volumetri
Analisis
volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan
volume. Dalam analisis titrimetri (hingga kini sering dinamai analisis
Volumetri), zat yang akan ditetapkan dibiarkan bereaksi dengan suatu reagensia
yang cocok yang ditambahkan sebagai larutan baku, dan volume larutan yang
diperlukan untuk mengakhiri reaksi ditetapkan (Stiono, 1994).
Sehingga dalam
teknik volumetri, alat pengukur volume menjadi bagian terpenting, dalam hal ini
buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan dalam analisis volumetrik
(Wiryawan, 2011).
Tipe reaksi yang
biasa digunakan dalam titrimetri adalah Titrasi
Titrasi
atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat
dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam
larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
aA + bB hasil
reaksi
dimana : A adalah
penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan B.
Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna
dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi
berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan
ke dalam larutan yang dititrasi (Zulfikar, 2010).
Larutan standar
disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari
percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
NB = VA*NA/VB
Dimana :
NB= konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB = volume larutan yang belum
diketahui konsentrasinya
NA =
konsentreasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) V
A =
volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) Tahap
pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan
standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
ü
mempunyai
kemurnian yang tinggi
ü
mempunyai rumus
molekul yang pasti
ü
tidak bersifat
higroskopis dan mudah ditimbang
ü
larutannya harus
bersifat stabil
ü
mempunyai berat
ekivalen (BE) yang tinggi
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa
persyaratan yang harus diperhatikan, seperti :
ü
Reaksi harus
berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.
ü
Reaksi harus
berlangsung secara cepat.
ü
Reaksi harus
kuantitatif
ü
Pada titik
ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas perubahannya).
ü
Harus ada
indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Indikator adalah suatu senyawa organik
kompleks merupakan pasangan asam basa konyugasi dalam konsentrasi yang
kecil indikator tidak akan mempengaruhi pH larutan. Indikator memiliki
dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk asam dan dalam bentuk
basanya. Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat, sehingga dapat
dipergunakan sebagai indicator pH dalam titrasi (Wiryawan, 2012).
Berdasarkan
jenis reaksinya, maka titrasi
dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu :
Ø
Titrasi asam basa
Ada dua jenis
titrasi asam-basa, yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi larutan basa dengan
menggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan
asam dengan menggunakan larutan baku basa). Perhitungan Data Hasil Titrasi
V1 x aM1 = V2 x bM2
V1 = volume larutan penitrasi (L)
V2 = volume larutanyang dititrasi (L)
M1 = Konsentrasi larutan
penitrasi (M)
M2 = Konsentrasi larutan yang
dititrasi (M)
a = valensi larutan penitrasi
b = valensi larutan yang dititrasi
Selama titrasi
berlangsung akan terjadi perubahan pH larutan seiring dengan penambahan
volume penitrasi. Perubahan pH yang terjadi selama titrasi berlangsung dapat
dinyatakan dengan kurva titrasi (Muchtaridi, 2006).
Ø Titrasi pengendapan
Merupakan titrasi yang mengakibatkan
adanya endapan. Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri
. Argentometri merupakan titrasi yang
melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br -, I-) atau anion lainnya
(CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk
endapan perak halida (AgX).
Ag+ + X-
AgX Konstanta kesetimbangan reaksi
pengendapan untuk reaksi tersebut adalah : Ksp AgX = [Ag+] [X-]
Titrasi kompleksometri
Merupakan semua jenis titrasi yang
mengakibatkan terjadinya senyawa kompleks. Banyak ion logam dapat ditentukan
dengan titrasi menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk
kompleks dengan logam tersebut. Contoh : Titrasi Cl- dengan larutan standar
Hg(NO3)2
2Cl-(aq) + Hg2+(aq) HgCl2 (kompleks)
Titrasi oksidasi reduksi
Titrasi redoks adalah titrasi yang
melibatkan proses oksidasi dan reduksi. Kedua proses ini selalu terjadi
secaraan, bersama dan merupakan bagian yang sangat penting di dalam ilmu kimia
(Cairns, 2004). Larutan standar = Oksidator Larutan sampel = Reduktor Ada
beberapa jenis titrasi redoks : 1.
Titrasi permanganometri Merupakan
titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara
KMnO4
dengan
bahan baku tertentu. Dalam suasana asam, ion permanganat (MnO4-) tereduksi
menjadi garam mangan (Mn2+) mgrek = 1 Dalam suasana basa, ion
MnO4- tereduksi menjadi mangan dioksida (MnO2) sehingga mgrek = 1/3 

Ø Titrasi Bikromatometri Bikromatometri adalah
titrasi oksidasi reduksi denganmenggunakan K2Cr2O7 sebagai titran oksidasi.
Kalium bikromat (K2Cr2O7) merupakan zat pengoksid yang cukup kuat dengan
potensial standar reaksi Eonya = + 1,33 volt ( Underwood. A .L,dkk, 1992 ).
Kalium bikromat adalah zat baku primer dan dapat diperoleh dalamkeadaan murni dengan penghabluran kembali. Oleh karena itu larutan bakunya dapat dibuat dengan melarutkan langsung sejumlah tertentu hablur kalium bikromat yang ditimbang seksama.
Kalium bikromat adalah zat baku primer dan dapat diperoleh dalamkeadaan murni dengan penghabluran kembali. Oleh karena itu larutan bakunya dapat dibuat dengan melarutkan langsung sejumlah tertentu hablur kalium bikromat yang ditimbang seksama.
Ø Titrasi Bromatometri Titrasi bromatometri
merupakan titrasi redoks yang larutan standarnya berupa kalium bromat (KBrO3).
BrO3- + 6H++ 6e-- + 3H2O
1 grek = 1/6 mol 4.
Ø Titrasi Iodometri Titrasi iodometri adalah
salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk
jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada
sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O .
5.
Untuk
menentukan kadar asetosal dan antasida menggunakan metode?
Asetosal dan
antasida digunakan metode volumetri berdasarkan bentuk reaksinya digunakan
titrasi asam basa
Tahap 5 (menetapkan tujuan masalah)
1. Bagaimana cara menganalisis kadar asetosal
dan antacid menggunakan metode volumetri?
Tahap 6 (mengumpulkan informasi
tambahan)
Pada
tahap ini mahasiwa mencari dan memahami cara menganalisis kadar asetosal dan
antacid
Tahap 7 (melarkaporkan)
Aspirin atau Asam asetil salisilat yang ditemukan oleh seorang ilmuan berkebangsaan
jerman yaitu
Felix Hoffmann yang
berusaha menemukan cara alternatif dalam mengobati arthritis tanpa menggunakan
natrium salisilat, natrium salisilat yang digunakan untuk mengobati arthritis sering menyerang lapisan lambung dan menyebabkan pasien sakit yang cukup akibat iritasi. karenakeasaman
membuat salisilat keras pada perut, ia mulai mencari formasi asam yang menyebabkan dia untuk mensintesis asam asetilsalisilat, suatu senyawa yang berbagi sifat terapeutik salisilat lain
tetapi tidak memiliki keasaman yang kuat yang menyebabkan iritasi lambung.
pada tanggal 10 Agustus 1897, Hoffmann berhasil mensintesis asam
asetilsalisilat (ASA) untuk pertama kalinya dalam bentuk stabil yang
dapat digunakan untuk aplikasi medis. dengan acetylating asam
salisilat dengan asam asetat, ia berhasil menciptakan asam asetilsalisilat(ASA)
dalam bentuk kimia murni dan stabil.
Aspirin
atau Acidium Acetylo salicylium (asam 2-asetilbenzoat) memiliki rumus kimia
yaitu C6H8O4, yang dapat dibuat dari asam salisilat yang di asetilisasikan
dengan asetil klorida atau anhidrin asam asetat dengan menggunakan katalalis
H2SO4. Sintesis aspirin termasuk reaksi esterifikasi yakni merupakan reaksi
pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan
menggunakan katalis asam. Reaksi juga sering disebut reaksi esterifikasi
Fischer (Jumhari, 1995).
Sifat-sifat
aspirin dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat dari sifat kimianya yaitu
:
a. Kelarutan aspirin dalam air 10 mg/ ml
dalam suhu 200 C
b. Larut dalam etanol
c. Larut dalam eter
d. Larut dalam air
e. Merupakan senyawa polar
Dilihat
dari sifat fisikanya, sebagai berikut:
a. Massa molekul relatif aspirin adalah 180
gram/mol
b. Titik leleh aspirin adlah 133,4 0c
c. Titik didih aspirin 140 0c
d. Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk
kristal an berwarna putih
e. Berat molekul aspirin 180,2 gram/ mol
f. Berat jenis aspirin 1,4 gram/ml
(Rainford,
2004).
Aspirin
diabsorpsi dengan baik secara oral pH asam dalam lambung menjaga fraksi besar
aspirin tidak terionisasi sehingga menunjang absorpsi dalam lambung, karena
aspirin merupakan asam lemah (pKa = 3,5), meskipun banyak aspirin diabsorpsi
melalui area permukaan yang luas (dari usus kecil bagian atas). Dahulu aspirin
banyak digunakan pada terapi dari penyakit inflamasi sendi. Namun lebih dari
50% pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya (mual, muntah, nyeri
epigastrium, tintus) akibat dosis tinggi aspirin larut yang diperlukan untuk
mencapai efek antiinflamasi. Untuk alasan tersebut, OAINS yang lebih baru
secara umum cenderung dipilih untuk mengobati gejala-gejala penyakit inflamasi
sendi (Neal, 2005).
Mengelupas kulit batang pohon willow dan
meminum air rebusannya dapat mereddakan rasa sakit dan nyeri. Asam silsilat
atau yang lebih dikenal dengan nama aspirin di produk dan disintesis sebagai
obat sendiri memiliki Antiplatelet yang
artinya aspirin mampu memelihara sel darah yang disebut platelet dari pembekuan
serta dapat penurunkan resiko stroke (Robert, 2007).
PROSEDUR
ü Preparasi Sampel Obat Generik
Aspirin
Tablet generik aspirin digerus dengan
menggunakan mortir dan stamper hingga halus.
Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,5000 N dalam
100 mL
Padatan asam oksalat ditimbang sebanyak 3,1517
g dengan menggunakan neraca analitis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan
yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong
gelas, lalu ditambahkan akuades hingga setengah bagian dan dikocok hingga
larut. Kemudian ditambahkan kembali akuades ke dalam labu ukur hingga tanda
batas dan dihomogenkan.
ü Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
0,5000 N dalam 500 mL
Padatan natrium hidroksida ditimbang sebanyak
10,00 g dengan menggunakan neraca teknis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan
yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi sedikit
akuades bebas karbon dioksida, lalu diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan
kembali akuades bebas karbon dioksida ke dalam gelas kimia hingga volume
larutan 500 mL, dihomogenkan dan ditutup dengan plastik wrap.
ü Pengenceran Larutan Asam Klorida 37%
menjadi 0,5000 N dalam 500 mL
Larutan asam
klorida 37% dipipet sebanyak 20,72 mL, dimasukkan ke dalam gelas kimia
yang telah berisi sedikit akuades, dan diaduk hingga homogen. Setelah itu
ditambahkan kembali akuades ke dalam gelas kimia hingga volume larutan 500 mL
dan diaduk hingga homogen.
ü Standarisasi Larutan Natrium
Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat 0,5000 N
Larutan asam oksalat 0,5000 N dipipet sebanyak
25 mL dengan menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida
hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
ü Standarisasi Larutan Asam Klorida
oleh Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N
Larutan asam klorida 0,5000 N dipipet sebanyak
25 mL dengan menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida
hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Titrasi
Blanko
Larutan etanol 95% dipipet sebanyak 10 mL dan
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 50 mL larutan
natrium hidroksida 0,5000 N ke dalam labu erlenmeyer, dikocok hingga homogen,
lalu ditutup menggunakan plastik wrap dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu,
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer tersebut
dan dititrasi dengan larutan asam klorida 0,5000 N hingga terjadi perubahan
warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
ü Penetapan Kadar Aspirin oleh Larutan
Asam Klorida
Padatan
obat generik aspirin yang telah
dihaluskan ditimbang sebanyak 1,0000 g dengan menggunakan neraca
analitis pada kaca arloji dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan dengan 10 mL etanol 95% dan dikocok hingga larut. Setelah itu,
ditambahkan 50 mL larutan natrium hidroksida 0, 5000 N ke dalam labu
erlenmeyer, dikocok hingga homogen, lalu ditutup menggunakan plastik wrap dan
didiamkan selama 1 jam. Setelah itu, ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein
ke dalam labu erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan larutan asam klorida
0,5000 N hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
Obat maag atau antasida
adalah obat yang mengandung bahan-bahan efektif untuk menetralkan asam
dilambung dan tidak diserap kedalam tubuh sehinngga cukup aman untuk
dikonsumsi(sesuai dengan anjuran pakai). Antasida umumnya mengandung senyawa
yang dapat menetralkan asam lambung sehingg mengurangi derajat keasaman
lambung. Semakin banyak kadar antasida didalam obat maag, maka semakin banyak
asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit maag
dengan tuntas. Zat utama berkhasiat yang digunakan disebut Magaldrate, yaitu
campuran aluminium hidroksida Al(OH)3 dan magnesium hidroksia Mg(OH)2. Bila
masuk ke dalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium klorida ini
sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan naik.
Antasida umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa sehingga dapat
menetralkan kelebihan asam yang terdapat dicairan lambung.Reaksi yang terjadi
dikonsumsinya antasida adalah : (Tjahjadarmawan,2016).
Mg(OH)2(s) + 2 HCl(aq) -----> MgCl2(aq) + 2 H2O(l)
..........(1)
Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq) -----> AlCl3(aq) + 3 H2O ..........(2)
Aluminium hidroksida menghasilkan aluminium klorida dan air, namun
jika pH lebih dari 5, maka reaksi netralisasinya tidak berlangsung sempurna.
Ion aluminium dapat bereaksi dengan protein sehingga bersifat
astringen(menciutkan selaput lendir). Antasida ini mengadsorpsi pepsin dan
menginaktivasinya. Cara kerja obat ini adalah senyawa aluminium yang merupakan
suatu zat koloid, melapisi selaput lendir, menetralkan asam klorida dan mengikat
asam klorida secara adsorptif(Brindle,1953).
Secara alami
lambung memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk
membantu proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi
ini perut menjadi asam, yakni antara kisaran pH 2-3. Lambung, usus dan esofagus
sendiri(yang juga terdiri dari protein) dilindungi dari kerja asam melalui
beberapa mekanisme. Apabila kadar asam yang dihasilkan oleh lambung terlalu
banyak maka mekanisme perlindungan ini tidak terlalu kuat/kurang kuat dalam
melindungi lambung, usus, dan esofagu terhadap kerja asam lambung mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ tersebut dan menghasilkan gejala seperti rasa sakit
pada perut dan ulu hati terasa terbakar(Jacyna et al,2012).
Zat utama yang
digunakan tersebut magaldrate, yaitu campuran Al(OH)3 dan Mg(OH)2. Campuran ini
akan dinetralkan oleh HCl 0,1M, kelebihan asam ini akan dititrasi oleh basa
NaOH 0,1M. Campuran ini sering juga disebut susu magnesium atau aluminium
hidroksida. Bila masuk kedalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH
cairan lambung akan naik. Nilai pH maksimum yang dapat dicapai dan kemampuan
mempertahankan pH cairan lambung sekitar 3,5-5 yang identik dengan pH
magaldrate(Jagadesh,2015).
Beberapa senyawa
yang digunakan antasida misalnya, kalsium karbonat(CaCO3), natrium
bikarbonat(NaHCO3), magnesium karbonat(MgCO3), magnesim hidroksida Mg(OH)2,
aluminium hidroksida Al(OH)3 atau kombinasinya. Reaksi yang terjadi :
NaHCO3 + HCl -----> NaCl + H2O + CO2 ..........(3)
NACO3 + 2 HCl -----> CaCl2 + H2O + CO2 ..........(4)
MgCO3 + 2 HCl -----> MgCl2 + H2O + CO2 ..........(5)
Mg(OH)2 + 2 HCl -----> MgCl2 + 2 H2O ..........(6)
Al(OH)3 + 3 HCl -----> AlCl3 + 3 H2O ..........(7)
gas CO2 yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat menyebabkan
tekanan gas didalam lambung meningkat, sehingga dikeluarkan dengan sendawa.
Umumnya obat antasida yang banyak dipilih adalah jenis yang sukar larut,
sehingga reaksinya lambat dan dapat bertahan lama, misalnya magnesium
hidroksida dan aluminium hidroksida. Beberapa obat maag seperti mylanta, alumy,
promag, dan sejenisnya mengandung senyawa utama magnesium hidroksida dan
aluminium hidroksida(Syukri,1999).
PROSEDUR
ü
Standarisasi larutan HCl 0,1M

ü
Penentuan kadar basa dalam obat maag
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisi magnesium dan
aluminium hidroksida dalam obat maag menggunakan titrasi asam basa dengan
menitrasinya dengan larutan baku natrium hidroksida. Asam klorida digunakan
sebagai larutan baku primer untuk menstadarisasi larutan natrium hidroksida.
Prinsip percobaan ini adalah reaksi netralisasi, ini dilakukan titrasi metode
asidimetri(penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan standar asam) dan
alkalimetri(penentuan kadar asam dengan standar basa), kedua titrasi ini
termasuk ke dalam jenis titrasi balik yaitu jenis titrasi menganalisa
sampel(obat maag cair) dengan suatu pereaksi berlebih yang telah diketahui
konsentrasinya dengan pasdti(NaOH 0,1N), kemudian sisa dari pereaksi tersebut
dititrasi dengan menggunakan larutan baku(HCl).
Indikator yang
digunakan pada percobaan ini adalah indikator PP dan dititrasi dengan larutan
NaOH. Indikator PP merupakan asam diplotik yang tidak berwarna. Indikator ini
sukar larut dalam air tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincin
laktonnya terbuka dan membentuk asam yang tidak berwarna. Perubahan warna yang
terjadi ialah dari putih bening menjadi merah muda. Pada saat inilah titik
akhir titrasi terjadi yaitu saat perubahan dari putih bening menjadi merah muda,
sehingga titrasi harus segera dihentikan. Reaksi yang terjadi pada percobaan
ini adalah :
Mg(OH)2(s) + 2 HCl(aq) -----> MgCl2(aq) + 2 H2O(l)
..........(1)
Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq) -----> AlCl3(aq) + 3 H2O(l)
..........(2)
reaksi tersebut merupakan reaksi yang terjadi ketika sampel obat
maag yang mengandung Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dicampurkan dengan larutan baku HCl.
Pada standarisasi
larutan HCl 0,1M didapatkan volume rata-rata NaOH yang digunakan saat titrasi
sebesar 3,9 ml dengan pengulangan sebanyak 2kali. Sedangkan pada penentuan
kadar basa dalam obat maag volume rata-rata NaOH yang digunakan saat titrasi
sebesar 3,67 ml. Perhitungan normalitas asam HCl di dapatkan sebesar 0,039 n,
artinya ada sejumlah 0,039 ekuivalen zat terlarut(HCl) dalam 1 liter larutan.
Pada perhitungan penentuankadar basa dalam obat maag didapatkan kadar Al(OH)3
sebanyak 9,45 mg dan kadar Mg(OH)2 sebanyak 6,3 mg dalam 1 ml suspensi artinya
terdapat kadar Al(OH)3 sebanyak 47,25 mg dan kadar Mg(OH)2 sebanyak 31,5 mg
dalam 5 ml suspensi. Hal ini berbeda dengan massa yang tertera pada label obat
maag antasida doen yang digunakan pada percobaan ini, yang mempunyai komposisi
Mg(OH)2 dan Al(OH)3 masing-masing sebesar 200 mg dalam 5 ml suspensi. Penyebab
perbedaan hasil praktikum dengan data yang tertera di label ialah kandungan
dalam tablet antasida bukan hanya aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida
saja melainkan agen lain yaitu dimethyl polysiolxane. Dimethyl polysiolxane,
suatu zat anti-busa adalah komponen yang biasa terdapat dalam preparat
antasida. Zat ini ditambahkan untuk mengurangi basa dari cairan lambung, agar
mengurangi rasa kembung dan flatulen. Semakin banyak kadar antasida didalam
obat maag[ Mg(OH)2 dan Al(OH)3] maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan
sehingga lebih efektif mengeatasi gejala sakit maag dengan tuntas.
Perbedaan hasil
percobaan dengan label yang tertera pada obat juga mungkin karena
kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama percobaan, seperti kesalahan yang
mungkin terjadi pada saat titrasi, antara lain berasal dari keadaan buret yang
kurang baik, dimana didapatkan buret dalam keadaan bocor pada kerannya,
sehingga ada penitran yang tidak masuk ke dalam labu erlenmeyer, akan tetapi
terbaca sebagai penitran yang bereaksi dengan analit dalam labu erlenmeyer.
Kesalahan juga terdapat pada saat pembacaan skala buret(paralaks) yang akan
mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.
Daftar pustaka
ppt bisa di download
BalasHapushttps://drive.google.com/open?id=1JnFmmLaONXG0hNY4lTTbKlwGTeAOddfC
Makasih mbak ayu , ngebantu banget blog nya buat kita.��
BalasHapusMei
Hapushalo mei
Hapusmkasih banyak ya mbak(:
BalasHapus