analisis kualitatif dan kuantitatif

Penetapan kadar amfetamin dengan mengunakan kromatografi gas (GC)

Penetapan kadar amfetamin dengan mengunakan GC Scenario 3   S, seorang apoteker yang bekerja di laboratorium forensik dan toksikolo...

Minggu, 25 Maret 2018

perbedaan basis suppositoria dengan ovula blok 5




Stabilitas dan inkompatibilitas sediaan cair (suppositoria dan ovula)
blok 5

Scenario 1
Bapak HJ membawa resep untuk istrinya yang didiagnosis infeksi saluran kewanitaan. Sesuai dengan yang tertulis dalam resep, apoteker memberikan ovula. Bapak HJ juga meminta suppositoria untuk keluhan konstipasinya. Sesampainya di rumah, bapak HJ menaruh kedua obat tersebut di kotak obat. Saat akan digunakan, bapak HJ dan istrinya bingung karena salah satu obat lembek, sedangkan obat lainnya masih utuh.

Tahap 1 (mengklarifikasi istilah atau konsep)
1.     Konstipasi atau sembelit adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa benar-benar tuntas,  atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu.
2.     Ovula adalah Sediaan setengah padat berbentuk bulat telur digunakan untuk vagina
3.     Suppositoria adalah Sediaan setengah padat berbentuk peluru digunakan untuk anus

Tahap 2 (menetapkan permasalahan )
1.     Apa Karakteristik dari bentuk sediaan ovula?
2.     Apa karakteristik dari bentuk sediaan suppositoria ?
3.     Apa perbedaan dari betuk sediaan ovula dan suppositoria?
4.     Apa manfaat dari bentuk sediaan ovula dan bagaimana cara pemaikaiannya dengan benar ?
5.     Apa manfaat dari bentuk sediaaan suppositoria dan bagaimana cara pemaikaiannya dengan benar?
6.     Bentuk sediaan apa yang di duga rusak dalam scenario ini, sehingga sedian menjadi lembek?

Tahap 3 (brainstorming)
Pada tahap ini mahasiswa menampilkan pengetahuaan yang sudah dimiliki oleh tiap anggota kelompok dari hasil belajar mandiri sebelum di mulai tutorial ini dengan menutup semua bahan pemelajaran dengan itu kita mengetahui persiapan mahasiswa dan melatih kepercayaan diri mereka dengan menjelaskan pada kelompoknya
Tahap 4 (menganalisis masalah)
1.     Apa Karakteristik dari bentuk sediaan ovula?
Ovula adalah sediaan padat yang digunakan melalui vaginal, umumnya berbentuk telur, dapat melarut, melunak, meleleh pada suhu tubu (FI III 1971)

2.     Apa karakteristik dari bentuk sediaan suppositoria ?
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak,atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atausistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat,gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol,dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)
Bahan dasar suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak coklat capat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai dengan beberapa antiseptik, namun bahan dasar ini sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan zat yang dikandungnya. Bahan pembawa berminyak, seperti lemak coklat, jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap. Sedangkan gelatin jarang digunakan dalam penggunaan melalui rektal karena disolusinya lambat. (Depkes RI, 1995).
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk hemoroid internal.
Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk anak. Penyimpanan suppositoria sebaiknya di tempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat. Bentuknya yang seperti torpedo memberikan keuntungan untuk memudahkan proses masuknya obat dalam anus. Bila bagian yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. (Moh. Anief, 2007)

3.     Apa perbedaan dari betuk sediaan ovula dan suppositoria?
Perbedaannya hanya terdapat pada pengguanaannya saja
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. sebenarnya ovula termasuk kedalam jenis supositoria, namun digunakannya nama ovula agar merujuk pada bentuk sediaan dan rute pemeriannya yang hanya lewat vaginal dan dapat juga memiliki bentuk lonjong seperti kerucut, dapat melarut, melunak dan meleleh pada suhu tubuh dengan berat umum sekitar 5 gram.

4.     Apa manfaat dari bentuk sediaan ovula dan bagaimana cara pemaikaiannya dengan benar ?
Kelebihan ovula :
- dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral, karena gangguan cerna, pingsan dsb.
- dapat diberikan pada anak bayi, lansia yang susah menelan
- bisa menghindari first fast efek dihati.

Kekurangan ovula :
- daerah absorpsinya lebih kecil
- absorpsi hanya melalui difusi pasif
-  pemakaian kurang praktis
- tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rektum
           
            Cara penggunaan ovula
1.     Gunakan obat vaginal sebelum tidur. Berbaring akan mencegah obat keluar dari vagina.
2.     Mencuci daerah vagina dengan sabun lembut dan air. Lalu keringkan dengan menggunakan handuk.
3.     Untuk produk krim vagina dapat menggunakan aplikator. Buka kemasan krim dan pasang pada aplikator.
4.     Tekan kemasan krim untuk memasukkan krim ke dalam aplikator sesuai dosis yang dianjurkan dokter. Lepaskan aplikator dari kemasan krim.
5.     Penggunaan  tablet atau suppositoria untuk vagina dapat memakai aplikator. Buka tablet atau suppositoria dari kemasan dan pasang pada aplikator.
6.     Masukkan aplikator ke dalam vagina dengan posisi membuka kaki dan menekuk salah satu lutut.
7.     Atau berbaring dengan posisi telentang dengan lutut ditekuk dan kaki agak terpisah.
8.     Mendorong pangkal aplikator hingga semua obat masuk. Lalu lepaskan aplikator dari vagina.
9.     Jika aplikator dapat digunakan kembali maka cuci aplikator dengan menggunakan sabun. Namun jika aplikator hanya sekali pakai maka buanglah setelah digunakan.
10.  Mencuci tangan dengan benar menggunakan air dan sabun.

5.     Apa manfaat dari bentuk sediaaan suppositoria dan bagaimana cara pemaikaiannya dengan benar?
kenuntungan dari bentuk sediaan suppositoria
1.dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung
3. obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat dari pada penggunaan obat peroral
4. baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

sedangkan kerugiannya
1. pengisapan menimbulkan rasa tidak nyaman
2. bahan obat terabsorbsi secara lambat menghasilkan waktu aksi terapeutik yang lama
3. penyimpanan dengan kelembapan yang tinggi dapat menyerap kelembapan yang cendrung menjadi mengembang
4. penyimpanan pada kelembapan yang sangat kurang dapat kehilangan kelembapan dan menjadi rapuh
5. jumlah obat yang akan diberikan dalam bentuk suppositoria tergantung pada pembawa san bentuk kimia serta fisik obat yang diberikan (arief,2006)
Cara penggunaan suppositoria :
1.     Mencuci tangan dengan benar menggunakan air dan sabun.
2.     Jika suppositoria yang akan digunakan menjadi lembek, maka masukan  ke dalam lemari es selama beberapa menit hingga teksturnya kembali menjadi keras. Catatan: jangan dimasukan ke dalam freezer pada lemari pendingin.
3.     Buka bungkus/ kemasan suppositoria.
4.     Jika dosis yang dianjurkan hanya setengah, maka dapat menggunakan setengah dari suppositoria dengan memotong memanjang.
5.     Gunakan sarung tangan.
6.     Lumasi ujung suppositoria dengan pelumas yang larut dalam air atau dengan melembabkan daerah rektum (anus/ dubur) menggunakan air dingin.
7.     Berbaringlah miring dengan posisi kaki bawah diluruskan dan kaki bagian atas ditekuk ke depan perut.
Catatan: tidak dianjurkan dalam posisi jongkok saat memasukan suppositoria karena akan menyebabkan suppositoria keluar kembali. Hal ini dapat terjadi karena adanya dorongan dari rongga perut dan atau adanya grafitasi sehingga suppositoria akan keluar kembali dari rektum (anus/ dubur).
8.     Usahakan agar lubang rektum (anus/ dubur) terbuka
9.     Masukkan suppositoria hingga ½ sampai 1 inchi. Jika dimasukkan tidak terlalu dalam, suppositoria dapat keluar kembali.
10.  Tahan hingga beberapa detik.
11.  Tetaplah berbaring hingga 5 menit untuk mencegah suppositoria keluar kembali.
12.  Mencuci tangan dengan benar menggunakan air dan sabun.

6.     Bentuk sediaan apa yang rusak dalam scenario ini, sehingga sedian menjadi lembek?
Yang mengalami kerusakaan adalah bentuk sediaan suppositoria pada pemakaiaan rectal(mengobati konstipasi) karna basis yang digunakan adalah oleum/lemak, sedangkan suppositoria jenis ovula tidak mengalami kerusakan karena basis yang digunakan adalah glatin/PEG yang titik lelehnya lebih tinggi dari pada suhu tubuh

Tahap 5 (menetapkan tujuan masalah)
Mengapa sediaan suppositoria berbasis oleum yang mengalami kerusakan menjadi lembek pada suhu kamar ,sedangkan bentuk sediaan ovula tidak mengalami kerusakan 

Tahap 6 (mengumpulkan informasi tambahan )

Pada tahap ini mahasiwa mencari dan memahami Stabilitas dan inkompatibilitas sediaan suppositoria dan ovula


Tahap 7 (melarkaporkan)
Tipe basis suppositoria berdasarkan karakteristik fisik yaitu (H. C. Ansel, 1990 hal 376) :
a. Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari oleum cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas.
Menurut USP, oleum cacao merupakan :
·      Lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang.
·      Secara kimia adalah trigliserida yang terdiri dari oleapalmitostearin dan oleo distearin
·      Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit redup, beraroma coklat
·      Melebur pada 30-36oC
(H. C. Ansel, 1990 hal 376)
·      Titik leleh :31-34 oC
·      Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut dalam etanol panas, sedikit larut dalam etanol 95%
·      Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan diatas 36 oC menyebabkan pembentukan kristal metastabil. Oleum cacao disimpan di suhu < 25 oC
(HOPE , ed. IV hal. 639)
·      Bilangan iod 34 - 38
·      Bilangan asam 4
·      Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering terhindar dari cahaya.
(Lachman,575)
·      Bentuk polimorfisa
1.          Bentuk α melebur pada 24°C diperoleh dengan pendinginan secara tiba-tiba sampai 0oC.
2.         Bentuk β diperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-23 0 C titik leburnya 28-31 oC
3.         Bentuk stabil β diperoleh dari bentuk β’, melebur pada 34-35 0C diikuti dengan kontraksi volume
4.         Bentuk γ melebur pada suhu 18oC, diperoleh dengan menuangkan oleum cacao suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan pada suhu yang sangat dingin. Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat pemanasan, proses pendinginan dan keadaan selama proses. Pembentukan kristal non stabil dapat dihindari dengan cara :
Jika massa tidak melebur sempurna, sisa-sisa krsital mencegah pembentukan krsital non stabil.
Sejumlah kristal stabil ditambahkan ke dalam leburan untuk mempercepat perubahan dari bentuk non stabil ke bentuk stabil. (istilahnya “seeding”).
Leburan dijaga pada temperatur 28-32 0C selama 1 jam atau 1 hari.

b.  Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut dan bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan oleum cacao sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air karena gliserin yang higroskopis. Oleh karena itu, saat akan dipakai, suppo harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik. Polietilen glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk memperoleh basis suppo dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di kulkas dan dapat dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir suppo akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada basis lemak). (Ansel, hal 377)
Contoh formula basis (Lachman, 578)
a.         PEG 1000 96%, PEG 4000 4%
b.         PEG 1000 75%, PEG 4000 25%
Basis a) memiliki titik leleh rendah, sehingga membutuhkan tempat dingin untuk penyimpanan, terutama pada musim panas. Basis ini berguna jika kita ingin disintegrasi yang cepat. Sedangkan basis b) lebih tahan panas daripada basis a) sehingga dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Basis ini berguna jika kita ingin pelepasan zat yang lambat. (Lachman, 578)
Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi perlahan­lahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini tidak perlu diformulasi supaya  melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja dalam pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh.
Keuntungannya, tidak memungkinkan perlambatan pelepasan obat dari basis begitu suppo dimasukkan, tetapi juga menyebabkan penyimpanan dapat dilakukan di luar lemari es dan tidak rusak bila terkena udara panas. Suppo dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah rangsangan pada membran mukosa dan rasa “menyengat”, terutama pada kadar air dalam basis yang kurang dari 20%. (Ansel hal 377)
PEG
Titik Leleh (°C)
1000
37 –
40
1500
44 –
48
1540
40 –
48
4000
50 –
58
6000
55 –
63
(HOPE, ed.IV p. 455)
Keuntungan basis PEG :
a.         stabil dan inert
b.         polimer PEG tidak mudah terurai.
c.         Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas shg memungkinkan formula supo dgn berbagai derajat kestabilan panas dan laju disolusi yg berbeda
d.         Tidak membantu pertumbuhan jamur
(Teori dan Praktek Industri Farmasi, hal 1174)
Kerugian basis PEG:
1.         secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak.
2.         dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang membuat bentuk suppo rusak
3.         kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah PEG dgn BM tinggi.
4.         cenderung lebih mengiritasi mukosa drpd basis lemak.
(HOPE, hal 455)
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sbg basis supo dan memberikan keuntungan sbb.:
1.         titik lebur supo dapat meningkat shg lebih tahan thd suhu ruangan yg hangat.
2.         pelepasan obat tdk tergantung dari titik lelehnya.
3.         stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik.
4.         sediaan supo akan segera bercampur dengan cairan rektal.
(HOPE, hal 455)
c.  Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut lemak.
Keuntungan :
-                  Dapat disimpan pada suhu tinggi
-                  Mudah penanganannya
-                  Dapat bercampur dengan obat
-                  Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
-                  Nontoksik dan tidak mensensitisasi
(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575, 578)

FORMULASI SUPPOSITORIA
Karakteristik basis yang menentukan selama penyimpanan:
a.     Ketidakmurnian (Impurity)
Kontaminasi bakteri / fungi harus diminimalisir dengan basis yang non-nutritif dengan kandungan air minimal.
b.     Pelunakan (softening)
Suppositoria harus diformulasi agar tidak melunak atau meleleh selama transportasi atau penyimpanan.
c.         Stabilitas
Bahan yang dipilih tidak teroksidasi saat terpapar udara, kelembapan atau cahaya.
Karakteristik basis yang menentukan selama penggunaan:
a.         Pelepasan
Pemilihan basis yang tepat memberikan penghantaran bahan aktif yang optimal ke tempat target.
b.         Toleransi
Suppositoria akhir toksisitasnya harus minimal, dan tidak menyebabkan iritasi jaringan mukosa rektal yang sensitif.
            Pengemasan
·           Suppositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan suppositoria.
·           Suppo yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau dipisahkan satu sama lainnya pada ceah-celah dalam kotak untuk mencegah terjadinya kontak antar suppo tersebut dan mencegah perekatan.
·           Suppo dengan kandungan obat yang peka terhadap cahaya dibungkus satu persatu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran logam (alufoil). Sebenarnya kebanyakan suppositoria yang terdapat di pasaran dibungkus dengan alufoil atau bahan plastik satu per satu. Beberapa di antaranya dikemas dalam strip kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubang-lubang yang terdapat di antara suppositoria tersebut. Suppo ini biasa juga dikemas dalam kotak dorong (slide box) atau dalam kotak plastik. (Howard. C. Ansel, 1990,hal. 385.)
Suppo yang berbasis gliserin dan gelatin tergliserinasi sebaiknya dikemas dalam wadah botol bermulut lebar dan tertutup rapat. Suppo berbasis oleum cacao dan polimer PEG biasanya masing­masing suppo dikemas dalam kotak kardus yang dilapisi bahan kedap air. Suppo dapat dikemas rapat dengan kertas logam atau wadah berlapis kertas lilin. Suppo yang mengandung bahan mudah menguap seperti fenol dan mentol harus dikemas dalam wadah kaca yang tertutup rapat. (HUSA’S Pharmaceutical dispensing, ed. 5, hal. 126)
Labelling
Label sediaan harus mengandung:
1.         Nama dan jumlah senyawa aktif yang terkandung.
2.         Sediaan tidak boleh ditelan.
3.         Tanggal sediaan tidak boleh digunakan lagi.
4.         Kondisi penyimpanan sediaan.
(BP 2002, hal.1895)
Petunjuk penyimpanan dalam ruangan dingin disampaikan kepada pasien. (HUSA’S Pharmaceutical dispensing, ed. 5, hal. 126)
Penyimpanan
Karena suppo umumnya dipengaruhi panas, maka perlu menjaga dalam tempat dingin.
·           Suppo yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30 0F (-1,1°C) dan akan lebih baik apabila disimpan di dalam lemari es.
·           Suppo yang basisnya gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 35 0F (1,6°C).
·           Suppo dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan pada suhu ruang biasa tanpa pendinginan.
Suppo yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya tinggi mungkin akan menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon, sebaliknya bila disimpan dalam tempat yang kering sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh. (Howard. C. Ansel, 1990, hal. 385.)

Sedangkan Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah  (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh dan cocok digunakkan untuk pengobatan antiseptik local.
          Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG dalam berbagai perbandingan.  Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5 gram. Ovula disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.
                        Menurut FI IV, supositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar  gelatin tergliserinasi ( 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu di bawah 35°C.
                                    Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin
-    Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria.
-    Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh
-    Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
-    Penyimpanan harus ditempat yang dingin
-    Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria dengan formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20
Kebaikan :
·       dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.
Keburukan :
·        cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.
                      
-    Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh Suppositoria dengan berat  4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.

   Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang mengalami kerusakan adalaah suppositoria jenis rectal karana titik lelehnya yang rendah dan bahan dasar yang biasanya digunakan adalah  oleum yang mudah meleleh dibanding suppositoria pemakaian vaginal atau disebut dengan ovula karena basis yang bisanyanya digunakan adalah gelatin/PEG yang titik lelehnya lebih tinggi sehingga tidak mudah untuk meleleh



Daftar pustaka
Arief. 2006. ilmu meracik obat. jogjakarta: UGM press